Selasa, 17 Mei 2011

manfaat mencintai Allah

MAMFAAT MENCINTAI ALLAH
Kajian Surat Ali-'Imran/3: 31-32
Oleh : Nafira

A. Teks Ayat
     •                  •     

B. Tarjamah al-Ayat
" Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." ( QS. Ali-'Imran ayat 31 )
" Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir. " ( QS. Ali-'Imran ayat 32 )

C. Makna Ijmali
Berkata Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al-Sa'dy, " Pokok tauhid dan intinya ialah ikhlas dan cinta kepada Allah semata. Dan itu merupakan pokok dalam pengilahan dan penyembahan bahkan merupakan hakikat ibadah yang tidak akan sempurna tauhid seseorang kecuali dengan menyempurnakan kecintaan kepada Rabbnya dan menyerahkan seluruh unsur-unsur kecintaan kepadanya sehingga ia berhukum hanya kepada allah dengan menjadikan kecintaan kepada hamba mengikuti kecintaan kepada Allah yang dengannya seseorang hamba akan mendapatkan kebahagiaan dan ketenteraman, baik di dunia maupun diakhirat.

D. Pengertian Istilah
Imam Ibnu Qayyim mengatakan, " Tidak ada batasan cinta yang lebih jelas dari pada kata cinta itu sendiri, membatasinya justru hanya akan menambah kabur dan kering maknanya. Maka batasan dan penjelasan cinta tersebut tidak bisa dilukiskan hakikatnya secara jelas, kecuali dengan kata cinta itu sendiri
Kebanyakan orang hanya memberikan penjelasan dalam hal sebab – musabab, konsekuensi, tanda-tanda, penguat-penguat dan buah dari cinta serta hukum-hukumnya. Maka batas dan gambaran cinta yang mereka berikan berputar pada enam hal di atas walaupin masing-masing berada dalam pendefinisiannya, tergantung kepada pengetahuan, kedudukan, keadaan dan penguasaannya terhadap masalah ini.

Beberapa Definisi Cinta
1. Kecenderungan seluruh hati yang terus menerus ( kepada yang dicintai ).
2. Kesediaan hati menerima segala keinginan orang yang dicintainya.
3. Kecenderungan sepenuh hati umtuk lebih mengutamakan dia dari pada diri dan harta sendiri kemudian merasa bahwa kecintaan tersebut masing kurang.
4. Mengembaranya hati karena mencari yang di cintai sementara lisan senantiasa menyebut- nyebut namanya.
5. Menyibukkan diri untuk mengenang yang di cintainya dan menghinakan diri kepadanya.

Pembagian Cinta
1. Cinta Ibadah
Cinta ibadah ialah kecintaan yang menyebabkan timbulnya perasaan hina kepadanya dan mengagungkannya serta bersemangatnya hati untuk menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Cinta yang demikian merupakan pokok keimanan dan tauhid yang pelakunya akan mendapatkan keutamaan-keutamaan yang tidak terhingga. Jika ini semua diberikan kepada selain Allah maka dia terjerumus ke dalam cinta yang bermakna syirik, yaitu menyekutukan Allah dalam hal cinta.



2. Cinta Karena Allah
Cinta karena Allah ialah seperti mencintai sesuatu yang di cintai Allah, baik berupa tempat tertentu, waktu tertentu, orang tertentu, amal perbuatan, ucapan dan yang semisalnya. Cinta yang demikian termasuk dalam rangka mencintai Allah.

3. Cinta Yang Sesuai Dengan Tabi'at ( Manusiawi )
Yang termasuk ke dalam cinta jenis ini ialah :
1. Kasih sayang, seperti kasih sayangnya orang tua kepada anaknya dan sayangnya orang kepada fakir miskin atau orang sakit.
2. Cinta yang bermakna segan dan hormat, namun tidak termasuk dalam jenis ibadah, seperti kecintaan seorang anak kepada orang tuanya, murid kepada pengajarnya atau syaikhnya, dan yang semisalnya.
3. Kecintaan ( kesenangan ) manusia kepada kebutuhan sehari-hari yang akan membahayakan dirinya kalau tidak dipenuhi, seperti kesenangannya kepada makanan, minuman, pakaian, persaudaraan serta persahabata dan yang semisalnya.
Cinta–cinta yang demikian termasuk dalam kategori cinta yang manusiawi yang dibolehkan. Jika kecintaannya tersebut membantunya untuk mencintai dan menaati Allah, demikian pula sebaliknya.

E. Asbab al-Nuzul
A. Berkata Alahasan Albashri : " Sekolompok orang mengaku bahwa mereka mencintai Allah, maka diturunkanlah oleh Allah ayat ini."
Berkata A'isyah r.a. menurut riwayat Ibnu Abi hatim : bahwa Rasulullah saw bersabda :
وهل الدين الا الحب فى الله والبغض فى الله
Artinya : " Dan apakah agama itu selain cinta untuk Allah dan benci untuk Allah. "
Lalu dibacalah surat Ali-'Imran ayat 31 oleh Beliau. Allah berfirman : " Bertaatlah kamu kepada Allah dan kepada Rasulnya, agar dengan melalui jalan itu diampunilah dosa dosamu karena Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang . "
B. Diriwayatkan, bahwa takkala diturunkan ayat Qul in kuntum tuhibbunallah …, Abdullah bin Ubay berkata, " Sesungguhnya, Muhammad telah menjadikan ketaatan terhadap dirinya sebagaimana taat kepada Allah SWT. Dan Dia ( Muhammad ) memerintahkan kita ( orang-orang Yahudi ) sebagaimana orang-orang Nasrani mencintai Isa as." Akhirnya turunlah firman Allah surat Ali – 'Imran ayat 31.
C. Diketengahkan oleh Ibnu Munzir dan Hasan katanya, Berkata beberapa golongan dimasa Nabi kita : " Demi Allah, wahai Muhammad, sesunggunya kami amat mencintai tuhan kita , " Maka Allah pun menurunkan surat Ali-'Imran ayat 31.

F. Tafsir Al-Ayat
     •     
Katakanlah kepada mereka, " apabila kamu menghendaki taat kepada Allah dan mengharapkan amal perbuatanmu bisa mendekatkan diri pada-Nya dengan harapan mendapatkan pahala dari sisi-Nya, maka ikutilah aku dengan cara mengerjakan apa yang diturunkan oleh-Nya melalui wahyu kepadaku. Allah pasti ridha kepada kalian, dan Allah pasti mengampuni perbuatan-perbuatan jelek dan I'tikad-I'tikad batil, allah pasti mengembalikan kamu pada sisi-Nya yang suci ". dalam pengertian mengikuti, terkandung I'tikad yang benar dan amal shaleh. Kedua hal tersebut dapat melenyapkan bekas-bekas perbuatan maksiat dan kejelekan dari dalam jiwa. Keduanya dapat pula menghapuskan gelapnya kebatilan dari dalam jiwa dan mengantarkan pada maghfirah dan rida-Nya.
Sesungguhnya cinta kepada Allah itu bukan hanya pengakuan mulut dan bukan pula khayalan dalam angan-angan. Tetapi, ia harus disertai sikap mengikuti Rasulullah saw, melaksanakan petunjuknya, dan melaksanakan manhaj-Nya dalam kehidupan. Iman bukan sekedar kalimat yang terucapkan, bukan sekadar perasaan yang tergetar dalam hati, dan bukan sekedar simbol-simbol yang dipajang. Tetapi, iman adalah taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan melaksanakan manhaj (peraturan) Allah yang dibawa oleh Rasul itu.
Imam Ibnu Katsir di dalam menafsirkan ayat yang pertama ini mengatakan bahwa, " Ayat yang mulia ini menghukumi atas setiap orang yang mengaku cinta kepada Allah, tetapi dia tidak mengikuti jalan hidup yang diajarkan Nabi Muhammad saw, maka orang seperti itu adalah berdusta, sehingga dia mengikuti syariat Nabi Muhammad dan agama yang dibawanya dalam semua perkataan dan perbuatannya, sebagaimana ditetapkan dalam ash-Shahih dari Rasulullah saw. Bersabda :
من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد
" Barangsiapa yang melaksanakan suatu amalam yang tidak kami perintahkan, maka amalan itu tertolak. "
Ayat ini merupakan hujjah ( bantahan ) terhadap orang-orang yang mengaku cinta kepada Allah di setiap masa, sedang sepak terjangnya bertentangan dengan apa yang dikatakannya. Memang, bisa berkumpul antara cinta yang disertai ketidaktahuann mengenai yang dicintainya. Hal ini sama seperti yang di ungkapan oleh Al-Warraq dalam syairnya :
تعصى الاءله و أنت تظهرحبه , هذا لعمرى فى القياس بديع
لوكان حبك صادقالآطغته , ان المحب لمن يحب مطيع
" Engkau berbuat maksiat kepada Tuhan, dan engkau menampakkan cinta kepada-Nya. Hal itu, demikian umurku, adalah suatu keanehan dalam perumpamaan. Seandainya cinta memang benar, maka pastilah engkau mentaati-Nya. Sesungguhnya orang yang dilanda cinta selalu mentaati pihak yang dicintainya. "
  
Orang yang cinta kepada-Nya dengan jalan taat dan taqarrub kepada-Nya, yaitu dengan mengikuti Nabi-Nya. Sebab dalammasalah ini, terkandung pensucian terhadap jiwa dengan amal saleh. Dengan demikian, Allah memberikan ampunan-Nya padanya atas perbuatan yang dilakukan, yaitu perbuatan dosa. Dan Allah pun memaafkan kejelekan-kejelekannya.
   
Katakanlah terhadap mereka, Taatilah kamu kepada Allah dengan mengikuti perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, serta taatlah kamu kepada Rasul-Nya dengan mengikuti sunnahnya dan mengambil hidayah dengan hidayah yang dibawakannya.
Dalam hal ini, terkandung petunjuk bahwa sesungguhnya Allah swt, mewajibkan kita mengikutinya, karena dia adalah Rasul-Nya, tidak sebagaimana yang dikatakan orang-orang Nasrani tentang Isa as.
  •    
Jika mereka berpaling dan tidak mau menerima ajakanmu lantara mereka terbuai pengakuannya sebdiri yang mengatakan, bahwa mereka adalah anak-anak dan kekasih Allah, maka sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang kafir, yaitu mereka yang dipalingkan oleh hawa nafsu, dengan mengabaikan ayat-ayat-Nya yang benar, dan apa yang telah diturunkan Allah kepada Rasul-Nya, sehingga hal tersebut membuat Allah tidak rida kepada mereka. Bahkan,hal itu menjauhkan mereka dari sisi Allah Yang Maha Suci dan Mulia.
Allah swt murka kepada mereka kelak di hari tatkala Allah rida terhadap orang-orang Mu'min dan taat kepada Nabi-Nya, serta mengikuti apa-apa yang diturunkan dari sisi Allah.

Mamfaat Mencintai Allah
1. Menghalangi Dari Perbuatan Maksiat
Berkata Ibnu Qayyim ( ketika menjelaskan tentang cinta kepada Allah ) : bahwa ia merupakan sebab yang paling kuat untuk bisa bersabar sehingga tidak menyelisihkan dan bermaksiat kepada-Nya. Karena sesungguhnya seseorang pasti akan mentaati sesuatu yang dicintainya, dan setiap kali bertambah kekuatan cintanya maka itu berkonsekuensi lebih kuat untuk taat kepada-Nya, tidak menyelisihkan dan bermaksiat kepada-Nya.
Menyelisihi perintah Allah dan bermaksiat kepada-Nya hanyalah bersumber dari hati yang lemah rasa cintanya kepada Allah. Dan ada perbedaa antara orang yang tidak bermaksiat karena takut kepada tuannya dengan yang tidak bermaksiat karena mencintainya.
Sampai pada ucapan beliau, " Maka seorang yang tulus dalam cintanya, ia akan merasa diawasi oleh yang dicintainya yang selalu menyertai hati dan raganya. Dan diantara tanda cinta yang tulus ialah ia merasa terus-menerus kehadiran kekasihnya yang mengawasi perbuatannya.

2. Akan Menghilangkan Perasaan Was-was
Berkata Ibnu Qayyim, " Antara cinta dan perasaan was-was terdapat perbedaan dan pertentangan yang besar sebagaimana perbedaan antara ingat dan lalai, maka cinta yang menghujam di hati akan menghilangkan keragu-raguan terhadap yang dicintainya. Dan orang yang tulus cintanya dia akan terbebas dari perasaan was-was karena hatinya tersibukkan dengan kehadiran Dzat yang dicintainya tersebut. Dan tidaklah muncul perasaan was-was kecuali terhadap orang yang lalai dan berpaling dari dzikir kepada Allah swt, dan tidaklah mungkin cinta kepada Allah bersatu dengan sikap was-was.

3. Sebagai Hiburan Ketika Ditimpa Musibah
Berkata Ibn Qayyim, " Sesungguhnya orang yang mencintai sesuatu akan mendapatkan lezatnya cinta manakala yang ia cintai itu bisa membuat lupa dari musibah yang menimpanya. Ia tidak merasa bahwa itu semua adalah musibah, walau kebanyakan orang merasakannya sebagai musibah. Bahkan semakin menguatlah kecintaan itu sehingga ia semakin menikmati dan meresapi musibah yang ditimpakan oleh Dzat yang ia cintai."

4. Merupakan Kesempurnaan Nikmat dan Puncak Kesenangan
Berkata Ibn Qayyim, " Adapun mencintai Rabb swt maka keadaanya tidaklah sama dengan keadaan mencintai selain-Nya karena tidak ada yang paling dicintai hati selain pencipta dan pengaturnya. Dialah sesembahannya yang diibadahi, Walinya, Rabbnya, pengaturnya, pemberi rizkinya, yang mematikan dan menghidupkannya. Maka dengan mencintai Allah swt akan menenteramkan hati, menghidupkan ruh, kebaikan bagi jiwa menguatkan hati dan menyinari akal dan menyenangkan pandangan, dan menjadi kayalah batin. Maka tidak ada yang lebih nikmat dan lebih segalanya bagi hati yang bersih, bagi ruh yang baik dan bagi akal yang suci dari pada mencintai Allah dan rindu untuk bertemu dengan-Nya.
Kalau hati sudah merasakan manisnya cinta kepada Allah maka hal itu tidak akan terkalahkan dengan mencintai dan menyenangi selain-Nya. Dan setiap kali bertambah kecintaanya maka akan bertambah pula penghambaan, ketundukan dan ketaatan kepada Allah swt dan membebaskan diri dari penghambaan, ketundukan, ketaatan kepada selain-Nya.

G. Kesimpulan
Dalam dua ayat tersebut Allah memberi definisi bagi orang-orang yang mengaku mencintai Allah namun tidak mengikuti agama Muhammad dan syari'atnys dia adalah pendusta selama ia tidak mengikuti agama Muhammad dalam perbuatan dan kata-katanya. Dan agama yang di ridhai Allah adalah Islam, yang dibawakan oleh Nabi kita Muhammad saw. Islam bukan sekedar pengertian dan pengakuan. Tetapi, Islam adalah pengertian, pengakuan, ketundukan, kepatuhan, dan ketaatan kepada Allah dan agama-Nya secara lahir dan batin.
Allah juga menjelaskan bagaimana cara kita memperoleh kasih-Nya, yaitu dengan mengikuti Rasulullah saw, melaksanakan segala perintah-Nya, serta menjauhi semua larangan-Nya. Dengan demikian, seseorang berhak mendapatkan kasih dan ampunan atas dosa-dosanya.



DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Musthafa al-Maraghi. Tafsir al-Maraghi. Juz 1. Mesir : Musthafa al-Babi al-Halabi, 1974.
http://www.van.9f.com/article%20islam2/cinta_dan_mencintai_all...
Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyuti. Tafsir Jalalain. Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2004.
Salim Bahreisy dan Said Bahreisy. Tafsir Ibnu Katsier. Surabaya : Victory Agencie, 1988 .
Sayyid Qurthb. Tafsir Fi Zhilalil Qur'an. Jakarta : Gema Insani, 2001 .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar