BAB I
PENDAHULUAN
Lembaga pendidikan pada umumnya adalah sarana bagi proses pewarisan maupun transpormasi pengetahuan dan nilai-nilai antar generasi. Dari sini dapat terpahami bahwa pendidikan senantiasa memiliki muatan ideologis tertentu yang antara lain terekam melalui konstruk filosofis yang mendasarinya. Kata Roem Topatimasang, sekolah memang bukanlah sesuatu yang netral atau bebas nilai. Sebab tak jarang dan seringkali demikian, pendidikan dianggap sebagai wahana terbaik bagi pewarisan dan pelestarian nilai-nilai yang nyatanya sekedar yang resmi, sedang berlaku dan direstui bahkan wajib diajarkan di semua sekolah dengan satu penafsiran resmi yang seragam pula.
Dinamika sistem pendidikan yang berlangsung di Indonesia dalam berbagai era kesejarahan akan menguatkan pandangan ini, betapa dunia pendidikan memiliki keterkaitan sangat erat dengan kondisi sosial politik yang tengah dominan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH ALIRAN PENDIDIKAN
Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya. Di dalam perpustakaan tentang aliran-aliran pendidikan pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah dimulai dari zaman yunani kuno sampai kini. Oleh karena itu bahasan tersebut banyak dibatasi atau beberapa rumpun aliran klasik. Aliran-aliran klasik yang dimaksud adalah aliran Empirisme, Nativisme, Naturalisme, dan Konvegensi. Sampai saat ini aliran-aliran tersebut masih sering digunakan walaupun dengan pengembangan-pengembangan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
B. Aliran-aliran klasik dalam pendidikan dan pemikirannya
a. Aliran Empirismen
Tokoh aliran Empirisme adalah “John Locke”. Filosof Inggris yang hidup pada tahun 1632-1704. Teorinya dikenal dengan Tabulae rasae (meja lilin). Yaitu suatu aliran yang menganggap bahwa manusia itu dalam hidup dan perkembangan pribadinya semata-mata ditentukan oleh dunia luar. Sedangkan pengaruh-pengaruh dari dalam (faktor keturunan) dianggapnya tidak ada. Aliran Empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung pada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan pengalaman yang diperoleh anak dalam pendidikan sehari-hari dapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan. Manusia dapat di didik menjadi apa saja (kea rah yang baik atau kea rah yang buruk) menurut kehendakan lingkungan atau pendidik-pendidiknya dengan demikian pendidikan diyakini sebagai maha kuasa bagi pembentukan anak didik. Karena pendapatnya yang demikian, maka dalam ilmu pendidikan disebut juga aliran Optimisme paedagogis.
Misalnya: suatu keluarga yang kaya raya ingin memaksa anaknya menjadi pelukis. Segala alat diberikan dan guru-guru yang ahli didatangkan. Akan tetapi gagal, karena bakat melukis pada anak itu tidak ada. Sadar atau tidak sadar, kenal atau tidak dengan teori nativisme, orang-orang dalam masyarakat Indonesia selalu berbuat demikian itu. Karena cita-citanya, karena ingin melihat anaknya menjadi guru umpamanya, anaknya dipaksa tumbuh kearah tujuan itu dengan tidak menghiraukan bakat, pembawaan serta cita-cita anak itu sendiri.
b. Aliran Nativisme
Tokoh Aliran Nativisme adalah “Schopenhauer”.ia adalah filosof jerman yang hidup pada Tahun 1788-1880. Aliran ini berkeyakinan bahwa anak yang baru lahir membawa bakat, kesanggupan dan sifat-sifat tertentu. Dan inilah yang pertumbuhan dan kemajuan. Pendidikan tidak berpengaruh sama sekali dan tidak berkuasa. Aktif dan maha kuasa dalam pertumbuhan bertolak dari leinitzian tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkugan termasuk faktor pendidikan, kurang bepengarrh terhadap pekembangan anak. Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap dan pendidikan anak. Nativisme berkeyakinan bahwa pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan. Dengan demikian menurut mereka pendidikan tidak membawa manfaat bagi manusia, keyakinan yang demikian itulah maka mereka di dalam ilmu pendidikan disebut juga aliran pesimisme paedagogis. tokoh aliran ini adalah schopenhaeur seorang filosof bangsa jerman.
c. Aliran Naturalisme
Tokoh aliran Naturalisme adalah “j.j rosseau”.ia adalah filosof yang hidup tahun 1712-1778. Rosseau Berpendapat bahwa semua anak baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik. pembawaan baik akan menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah dapat merusak pambawaan baik anak itu. Naturalisme memiliki tiga prinsip tentang proses pembelajaran (M.Arifin dan Aminuddin R.) yaitu:
a. anak didik belajar melalui pengalamannya sendiri. Kemudian terjadi interaksi antara pengalaman dengan kemampuan pertumbuhan dan perkembangan di dalam dirinya secara alami.
b. pendidik hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Pendidikan berperan sebagai fasilitator atau narasumber yang menyediakan lingkungan yang mampu mendorong keberanian anak didik kea rah pandangan yang positif dan tanggap terhadap kebutuhan untuk memperoleh bimbingan dan sugesti dari pendidik. Tanggung jawab belajar terletak pada diri anak didik sendiri.
c. Program pendidikan di sekolah harus di sesuaikan dengan minat dan bakat dengan menyediakan lingkungan belajar yang berorientasi kepada pola belajar anak didik. Anak didik secara bebas diberi kesempatan untuk menciptakan lingkungan belajarnya sendiri sesuai dengan minat dan perhatiannya. Dengan demikian, aliran Naturallime menitik beratkan pada startegi pembelajaran yang bersifat paedosentris; artinya faktor kemampuan individu anak didik menjadi pusat kegiatan proses belajar-mengajar.
d. Aliran konvergensi
Tokoh aliran konvergensi “Wlliam Stem”. Ia seorang tokoh pendidikan Jerman yang hidup tahun 1871-1939. Ia berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia ini sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu. Kedua-duanya (pembawaan dan lingkungan) mempunyai pengaruh yang sama besar bagi perkembangan anak. Pendapat ini untuk pertama kalinya dikemukakan oleh Wlliam Stern. Pendapat ini semua bermaksud menghilangkan pendapat berat sebelah dari aliran nativisme dan empirisme dengan mengkombinasikannya. Pada mulanya pendapat ini diterima oleh banyak orang karena mampu menerangkan kejadian-kejadian dalam kehidupan masyarakat. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya banyak orang yang berkeberatan dengan pendapat tersebut dan mengatakan kalau perkembangan manusia itu hanya di tentukan oleh pembawaan dan lingkungan, maka hal ini tak ubahnya kehidupan hewan, sebab hewan itu pertumbuhannya hasil dari pembawaan dan lingkungan. Hewan hanya terserah pada pembawaan keturunannya dan pengaruh-pengaruh lingkungannya. Perkembangan pada hewan seluruhnya ditentukan oleh kodrat, oleh hukum alam sedangkan manusia berbeda dengan hewan disamping dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan, manusia aktif dan kreatif dalam mewujudkan itu. Drs M ngalim purwanto megatakan dalam hal ini sebagai berikut:’ manusia bukan hasil belaka pembawaanya dan lingkungannya’. Manusia hanya diperkembangkan tetapi memperkembangkan dirinya sendiri.
Manusia adalah makhluk yang dapat dan sanggup memilih dan menentukan sesuatu yang mengenai dirinya secara bebas. Karena itulah ia bertanggung jawab terhadap segala perbuatannya, ia dapat juga mengambil keputusan yang berlainan dari pada yang pernah diambilnya. Proses perkembangan manusia tidak hanya ditentukan oleh faktor pembawaan yang telah ada pada orang itu dan faktor lingkungan yang mempengaruhi orang itu hasil perkembangan seseorang tidak mungkin dapat dibaca dari pembawaannya dan lingkungannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan banyaknya aliran-aliran dalam ranah pendidikan bukan berarti akan membuat semakin tidak jelasnya konstruksi pendidikan . akan tetapi dalam masing-masing aliran dapat menghasilkan titik temu yang harmonis yang fungsinya guna mendapatkan gambaran pendidikan yang harmonis dan etis serta mempunyai nilai tawar yang lebih qualified.
B. Saran
Setiap orang pasti menginginkan hidup bahagia, salah satu diantaranya yakni hidup lebih baik dari sebelumnya atau bisa disebut hidup lebih maju. Hidup maju tersebut didukung atau dapat diwujudkan melalui pendidikan. Dikaitkan dengan pendapat di atas, menurut pendapat kami (pemakalah) pendidikan yaitu yang sesuai atau mengarah pada terwujudnya kehidupan yang maju. Yaitu pendidikan yang mengarah kepada hasil pemikiran manusia mengenai realitas, pengetahuan dan nilai seperti yang telah disebutkan di atas.
Masing-masing aliran pendidikan memiliki kekurangan dan kelebihan, sehingga para pelaku pendidikan harus mempelajari semua aliran dan mengkolaborasikannya sehingga akan diperoleh suatu sistem pendidikan atau pola pembelajaran yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr.Ahmad Taisir. Filsafat Pendidikan Islam, PT Remaja Rosdarkarta, 2008.
Admin. Mazhab-Mazhab Filsafat Pendidikan, Situs informasi Indonesia Serba serbi Dunia pendidikan,2006. http://www. edu-articel.com.
Prof.Dr. Made Pidarta. Landasan Kependidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar